Perubahan nama Kabupaten menjadi Kabupaten Sijunjung

Perubahan nama Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung menjadi Kabupaten Sijunjung yang diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2008, diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI, Mardiyanto, dalam rapat pleno istimewa DPRD, di gedung Pancasila Muaro Sijunjung, Selasa 12 Maret 2008.


Senin, 16 Februari 2009

HARGA KARET MURAH - PETANI ENGGAN JUAL HASIL SADAPAN

SIJUNJUNG(12/02/09) Sejumlah petani karet di Kabupaten Sijunjung masih enggan menderes karet mereka.Kalaupun ada, mereka lebih memilih menumpuk karet hasil sadapannya ketimbang menjual.

Seperti yang dilakukan petani karet di nagari Sibakur Kecamatan Tanjung Gadang.Man salah seorang petani karet di nagari berpenduduk lebih kurang 2.500 jiwa itu enggan menjual hasil sadapannya.Ia lebih memilih hasil sadapannya, ditumpuk ketimbang dijual.

Soalnya, kata ayah dua anak ini, harga karet masih belum sesuai dengan apa yang harapkan.”Harga karet masih murah.Lebih baik ditumpuk dari pada dijual,” ujarnya.

Selain banyak petani menumpuk karet hasil sadapannya, sebut Man, sebagian petani karet di daerahnya juga banyak yang tidak menderes karet miliknya.Mereka lebih memilih melakukan kerja lain dari pada menderes karet. Sebagian mereka ada yang bekerja sebagai buruh, mencari rotan dan pekerjaan lainnya yang bisa mendatang uang.

Dikatakan, sejak lebaran tahun lalu hingga sekarang harga karet masih berkisar Rp 4 ribu,- s/d Rp5 ribu per kilo. Harga itu, katanya, masih murah dibandingan sebelum jatuhnya harga karet.

Tak hanya, Man, Rudi warga Nagari Pematang Panjang Kecamatan Sijunjung juga melakukan hal yang sama. Pria yang baru saja menikah ini, masih tetap melakukan aktiftas penderesan.Hanya saja, hasil sadapannya tidak langsung di jual.

Hasil sadapan yang ia lakukan sejak beberapa bulan belakangan ini di kumpulkan. ”Kalau harga sudah naik, baru di jual,” ujarnya. Hal serupa juga di lakukan petani karet di Nagari Tanjung Kecamatan Koto VII. Parapetani karet di nagari itu, banyak yang beralih profesi. Selain beralih profesi, sebagian mereka masih ada yang melakukan aktifitas penderesan.“Sejak harga karet turun, banyak petani karet yang beralih profesi,” ujar Muharis salah seorang tokoh masyarakat setempat. - zet

HKG PKK DIPERINGATI - KEPEDULIAN DIHARAPKAN MENINGKAT

SIJUNJUNG(13/02/09) - Bupati Sijunjung Darius Apan menilai pejabat daerah ini kurang sensitif melihat kemiskinan yang menggeluti kehidupan rakyat, sehingga secara pribadi tidak tersentuh hatinya untuk mencarikan solusi.

Artinya, jika ada pejabat yang melaksanakan program pengentas kemiskinan, itu hanya semata karena beban tugas dan tanggungjawab yang diemban. Bukan karena sentuhan hati.

Kurang sensitif dan tidak tersentuhnya hati pejabat, karena dia sudah terbiasa melihat kemiskinan yang menderah kehidupan rakyat. Dengan kata lain sudah merupakan pemandangan biasa.

Dampak buruk dari kurang kepedulian itu, kemiskinan yang terjadi di daerah ini bagaikan benang kusut yang tidak ketemu ujung dan pangkalnya, sehingga tidak kunjung selesai. Sangat memiriskan hati tentunya, keluh bupati.

Ungkapan bernada kekecewaan itu disampaikan Bupati Darius Apan pada peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-36, di Balairung Lansek Manih, Kamis (12/2).

Peringatan HKG PKK yang ditandai dengan pemotongan kue ulang tahun oleh bupati, dihadiri Muspida Sijunjung, segenap pimpinan unit kerja, para camat dan walinagari, ketua dan wakil ketua TP PKK kabupaten, Ny. Hj. Aisyah Darius dan Ny. Hj. En Yuswir bersama anggota serta ketua TP PKK kecamatan dan nagari.

Tentang PKK, bupati mengakui bahwa eksistensi gerakannya telah dirasakan oleh banyak kalangan, karena gerakan PKK mampu mendukung dan menyukseskan berbagai program dan kegiatan pemerintah.

Namun ke depan peran dan fungsi PKK diharapkan lebih nyata, jangan hanya sekedar mendukung dan menyukseskan berbagai program pemerintah, tapi juga mengupayakan kegiatan yang bisa meringankan beban ekonomi rakyat.

Begitu juga para camat dan walinagari, diharapkan lebih sensitif, peka dan peduli terhadap kemiskinan, karena kehidupan rakyat tidak akan berubah jika hanya sekedar mendata kepala keluarga miskin, membicarakan, membahas dan mendiskusikan saja.

Yang lebih penting adalah mencari akar permasalahan penyebab terjadinya kemiskinan itu, supaya bisa diatasi dan dicarikan solusinya secara bersama, kata Bupati Darius Apan. -nas

Senin, 09 Februari 2009

MEDIA WEBSITE DIKEMBANGKAN

SIJUNJUNG(07/02/09) - Pengembangan tekonologi informasi media website yang kini tengah dilakukan Pemkab Sijunjung, dengan memberdayakan pegawai Dishub Inforkom yang memiliki ilmu di bidang itu, adalah satu terobosan yang sangat tepat dan strategis.

Karena media website sangat membantu dalam pemberian pelayanan secara cepat, kata Kepala Bappeda Kabupaten Sijunjung Drs. Muchlis Anwar, MSM, di ruang kerjanya, Jumat (6/2).

Misalnya dalam menggarap, memanfaatkan dan mengembangkan potensi daerah yang memerlukan investasi cukup besar. Setelah potensi yang dimiliki dipromosikan, melalui media website, investor yang berminat bisa mengajukan permohonan penanaman modal.

Sementara petugas yang ditunjuk, bisa memonitor melalui e-mail secara langsung serta membaca dan meneliti permohonan penanaman modal yang diajukan calon investor.

Jika permohonan yang diajukan sudah lengkap dan telah memenuhi persyaratan, melalui website petugas bisa meberi jawaban dengan cepat.

Begitu juga, bila permohonan kurang lengkap atau tidak memenuhi persyaratan, petugas secara langsung dapat memberi penjelasan pada waktu yang sama.

Artinya, pengunaan media website­, selain murah, juga lebih efisien, karena waktu yang digunakan sangat singkat, sebut Muchlis yang cukup paham dengan Teknologi Informasi (TI).

“Makanya, saya berpendapat, pengembangan media website yang kini tengah dilakukan Pemkab Sijunjung, dengan memanfaatkan tenaga terampil yang ada pada Dishub Inforkom, adalah langkah serta terobosan yang sangat tepat dan strategis, karena dengan media ini kita bisa bersaing dengan daerah lain dalam mempromosikan potensi dan menggaet investor. Masalahnya sekarang, sejauh mana kita mau dan mampu memanfaatkan media yang telah dimiliki, agar keberadaannya benar-benar berhasil dan berdayaguna untuk kemajuan daerah,” tutur Muchlis. –nas (Sijunjung.go.id)

PERHATIKAN SEKTOR PENDIDIKAN

SIJUNJUNG(07/02/09) - Mencermati kondisi saat ini, baik secara nasional maupun daerah, persoalan yang menggejala dan menjadi harapan seluruh lapisan masyarakat, antara lain tersedianya layanan pendidikan dan kesehatan yang mudah dan berkualitas, perekonomian yang baik dan stabil serta infrastruktur yang memadai.

Guna memenuhi harapan masyarakat yang menggejala itu, khusus di Kabupaten Sijunjung, pada tahun 2009 ini pemerintah daerah telah menetapkan pembangunan yang bertema ‘peningkatan kesejahtraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan’.

Menyangkut masalah kemiskinan, memang banyak faktor penyebabnya. Namun berkat upaya dan kerja keras yang dilakukan Pemkab, DPRD dan masyarakat secara bersama, di beberapa sektor sudah terjadi perbaikan.

“Namun dibalik terjadinya perbaikan di beberap sektor, kita juga tidak bisa menutup mata, terhadap angka kemiskinan yang masih tinggi,” kata anggota DPRD Kabupaten Sijunjung H. Iraddatillah, S. Pt, Jumat (6/2), di Muaro Bodi.

Menurut dewan terhormat ini, pada tahun 2005, angka kemiskinan di Kabupaten Sijunjung adalah 28,71 persen. Tahun 2006 28,70 persen dan tahun 2007 29,40 persen. Sebanyak 18,42 persen dari persentase miskin itu, adalah petani pangan dan penganggur yang tingkat pendidikannya relatif rendah.

“Untuk itu, berpijak kepada tema pembangunan yang telah ditetapkan Pemkab, yaitu ‘peningkatan kesejahtraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan,’ kita berharap ke depan sektor pendidikan harus lebih diperhatikan dan dioptimalkan,” kata Iraddatillah.

Seperti kegiatan MGMP dan KKG, tiap tahun anggaran dananya cukup signifikan, tapi manfaatnya secara maksimal masih diragukan. Untuk itu, ke depan perlu dibuat standar dan ukuran keberhasilan MGMP dan KKG itu.

“Dilain hal, kita selalu mendengungkan peningkatan kualitas pendidikan, tapi di sisi lain tenaga pendidik banyak yang berulang dari daerah lain ke Kabupaten Sijunjung, dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Sebagai contoh, tenaga pendidik yang berulang dari Padang ke Sijunjung setiap hari, guru SMP 13 dua orang, SMK 3 dua orang dan guru SMP 6 satu orang. Pada sekolah yang berada di seputar ibu kabupaten saja kondisinya sudah seperti itu, apa lagi di sekolah yang sulit dipantau, tidak tertutup kemungkinan tenaga pendidik yang berulang jumlahnya lebih banyak,” sebut Iraddatillah.

“Justru itu, supaya kualitas pendidikan di Kabupaten Sijunjung bisa ditingkatkan, kami selaku DPRD berharap kepada Pemkab menyikapi hal yang mungkin menjadi penghalang dalam mewujudkan peningkatan itu, seperti adanya guru yang berulang dari daerah yang cukup jauh,” harap kader terbaik PPP ini. –nas (Sijunjung.go.id)

BERBUSNA TERBUKA - MODEL GILA

SIJUNJUNG(29/01/09) - “Eloklah bapakaian nak. jan co itu. Caliaklah, coa tu. Pusek nampak, pinggang nampak, dado tabukaklo (baik-baik berpakaian nak, jangan seperti itu. Lihatlah, seperti apa itu. Pusar terlihat, pinggang terlihat, dada terbuka pula),” tegur seorang ibu kepada gadisnya saat sigadis turun jenjang hendak keluar rumah.

Tapi, bergemingkah sigadis? Diturutinya nasehat sang ibu? Tidak! Ia terus menuruni anak jenjang, “iko nan mode ma, modeko nan tren kini (ini yang model ma, model ini yang tren sekarang),” jawab sigadis sambil terus melangkah.

Nauzubillahminzalik. Jika jawaban sigadis benar, agaknya inilah model yang paling entong dan gila di alam Minangkabau yang adatnya basandi syarak, syarakat basandi kitabullah.

Apa sebenarnya yang diharap sigadis, sukakah pemuda memandangnya? Tentu suka! Tapi tidak pemuda baik-baik. Karena pemuda beriman dan berbudi mulia jijik melihatnya.

Seperti pengakuan Rahmad di Kupitan, pakaian ketat dan baju senteang yang digemari sebagian ABG (Anak Baru Gadang), bukanlah model. Tapi pembodohan dan pelecehan diri sendiri.

Selain itu, manjua pusek jo memamerkan sebagian buah dada, sama dengan menjatuhkan harkat dan martabat ABG itu sendiri sebagai wanita Minang.

Disamping pembodohan dan pelecehan diri sendiri, dengan berbusana serba ketat dan minim, sesungguhnya ABG itu telah mengobral dan menjual murah sesuatu yang sangat berharga pada dirinya. Karena kehormatan dan kebanggaan yang seharusnya disembunyikan secara rapi, telah mereka pertontonkan secara lugas.

Apakah ini yang disebut model? Kalau memang model, agaknya inilah model yang paling entong dan gila, di alam Minangkabau, sajak dunia takambang, tandas Rahmad.

Namun di balik semua itu, menurut pemuda lain, Endri, gemar dan hobinya sebagian kaum wanita berbusana indak sanere, kesalahan tidak bisa dilemparkan sepenuhnya kepada mereka.

Sebab, kalau mereka masi ABG, tentu punya orangtua yang akan menunjuk ajari serta menasehati. Jika sudah berstatus istri, suami berkewajiban dan bertanggungjawab menuntun dan membina ke arah yang baik dan benar sesuai ajaran Islam serta norma adat dan budaya masyarakat Minangkabau.

Lalu bagaimana dengan gadis yang berbusana muslimah dan berjilbab? Ternyata cukup banyak pemuda yang menyukai dari pada gadis pengobral paha, pusar dan sekwilda (baca sekitar wilayah dada).

Tapi yang menyukai, tentunya pemuda yang berjiwa Islami, taat beribadah, beraklaq, beriman dan berbudi mulia, bukan pemuda yang jauh dari agama.

Kenapa mereka menyukai? Alasannya cukup mendasar. Dimata pemuda beriman, gadis berbusana muslimah lengkap dengan jilbab, terlihat lebih anggun, berwibawa dan memiliki daya tarik mendalam.

Sementara gadis pengobral aurat, selain gadis murahan juga racun dunia, karena di balik lekuk tubuh yang dipertontonkan, tersimpan setumpuk dosa.

“Kalau saya sejak duluh lebih menyukai gadis berbusana muslimah, dari pada gadis yang berpakaian ketat. Apa lagi yang menjatuhkan martabatnya sendiri dengan mengobral aurat,” aku seorang pemuda Sijunjung, Hidayat.

Malah di lubuk hati yang paling dalam terpatri tekat untuk berusaha mencari gadis Islami sebagai pendamping hidup, bila Allah SWT mengizinkan. Sebab langkah, rezki, jodoh dan maut, adalah rahasia Tuhan, sebagai insan lemah, manusia hanya bisa berusaha dan berencana, keputusan akhir tetap di tangan-Nya, urai Hidayat.

Gadis yang gemar berbusana muslimah lengkap dengan jilbab, dimata Hidayat, selain anggun, mempesona serta memiliki karisma dan daya tarik tersendiri, juga cermin dan pantulan dari jiwa sigadis yang taat kepada Allah SWT.

Karena yang namanya iman, bukan hanya sebuah pengakuan dan identitas, tapi sesuatu yang telah diyakini dalam hati, sehingga melahirkan amal perbuatan baik dan mulia.

Senada dengan Hidayat, seorang karyawan kantor Bupati Sijunjung, Erman, juga menyebutkan bahwa gadis yang gemar berbusana muslimah, bukan hanya sekedar disegani dan dihormati kaum pria, tapi juga mulia di sisi Allah SWT.

Dari pengakuan dan pendapat sejumlah pemuda ini, dapat diambil kesimpulan, pemuda baik dan beraklaq mulia akan mencari pasangan hidup, gadis yang baik pula. Artinya sangat mustahil gadis pengobral pusar dan wilayah dada, dipersunting oleh seorang pemuda Islami dan beriman.

Ini tentunya peringatan dan aba-aba bagi para gadis, terutama anak jolong gadang nan suko bapakaian indak sanere.
Sadar dan ketahuilah, pemuda baik, beradat dan bermoral tidak menyukai gadis murahan yang melecehkan diri seperti kamu-kamu.-nas (sijunjung.go.id)
Join Vinefire!