Perubahan nama Kabupaten menjadi Kabupaten Sijunjung

Perubahan nama Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung menjadi Kabupaten Sijunjung yang diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2008, diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI, Mardiyanto, dalam rapat pleno istimewa DPRD, di gedung Pancasila Muaro Sijunjung, Selasa 12 Maret 2008.


Kamis, 08 Mei 2008

JIKA HARGA BBM BENAR-BENAR NAIK....

SIJUNJUNG(08/05/08) - Derasnya isu kenaikan harga BBM, sepertinya tidak berpengaruh bagi masyarakat Kabupaten Sijunjung, sehingga sepanjang Selasa dan Rabu (6-7/5), tidak ada antrian panjang kendaraan dan juga tak ada tumpukan drigen di SPBU Tanah Badantuang.

Begitu juga pengencer BBM di pinggir jalan, mereka tidak sibuk melayani pembeli, semuanya berjalan normal sebagaimana biasa. Sementara para pengencer BBM itu sendiri juga tidak ada yang memborong BBM untuk ditumpuk. Mereka hanya membeli untuk sekedar dijual.

Di SPBU Tanah Badantuang yang terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatra, kendaraan yang mengisi BBM, baik itu mobil maupun sepeda motor, tidak begitu banyak. Hanya satu-satu, seperti layaknya kondisi normal.

“Sampai Rabu ini, tidak ada konsumen yang memborong BBM. Pengemudi hanya membeli sesuai kebutuhan kendaraan. Begitu juga para pengencer, mereka hanya membeli untuk sekedar dijual, seperti hari-hari sebelumnya,” kata petugas SPBU Tanah Bandatuang.

Sementara seorang supir oplet, Riyal, 27 yang ditanya tentang isu kenaikan harga BBM, mengaku tidak terlalu memikirkan dan mempedulikannya.

“Itu kan baru sekedar isu, untuk apa terlalu dipikirkan. Toh kalau nanti benar-benar naik, sebagaimana biasa, sewa oplet juga naik, karena harus menyesuaikan,” kata Riyal.

Senada dengan Riyal, seorang pemilik dan pengendara sepeda motor, Erion, 18, juga tidak mau pusing dan panik dengan isu kenaikan harga BBM.

“Sepanjang kita mampu membeli, ya kita beli. Kalau tidak sanggup lagi membeli BBM yang harganya terus bertambah, kita jual sepeda motor, ganti dengan sepeda kayuh yang tidak memerlukan BBM. Habis perkara,” tutur Erion sambil tersenyum.

Berbeda dengan Riyal dan Erion, seorang ibu rumah tangga, Arianis, 39, mengaku sangat sedih dan kecewa adanya rencana pemerintah menaikan harga BBM.

Karena seperti yang telah terjadi sebelumnya, setiap harga BBM naik, harga kebutuhan hidup dan berbagai barang, juga akan naik.

Artinya, jika harga BBM benar-benar naik, rakyat miskin akan semakin merana, sengsara dan menderita, karena harga kebutuhan hidup akan semakin tinggi. Jangankan setelah harga BBM naik, sekarang saja rakyat melarat sudah sulit dan rumit mengatur belanja, karena semua yang dibeli harganya mahal, tidak ada yang murah.

“Untuk itu, saya berharap kenaikan harga BBM hanya sebatas isu, tidak menjadi kenyataan. Kalau benar-benar naik, rakyat melarat seperti saya ini, tidak saja semakin merana, sengsara dan menderita, tapi hidup dan kehidupan juga semakin rumit, sulit dan semakin tidak menentu,” tutur Arianis yang mengaku sebagai petani di Kecamatan Koto VII. -nas.


Tidak ada komentar:

Join Vinefire!